27 Oktober 2011

MODEL PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER DI SEKOLAH DASAR AL-AZHAR KELAPA GADING SURABAYA


I

Indonesia saat ini sedang menghadapi ujian berat yang berkepanjangan kita rasakan, yaitu terjadinya krisis multidimensi. Sebagai bukti, Indonesia sampai saat ini masih mengalami krisis ekonomi yang berlarut- larut, dan krisis tersebut merambat keberbagai aspek kehidupan lainnya, seperti; aspek politik, aspek budaya, aspek pendidikan, dan lain- lain. Dampak adanya krisis multidimensi ini adalah mengakar pada menurunnya kualitas moral bangsa yang dicirikan dengan membudayanya praktek KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), berbagai konflik merajalela (antar etnis, agama, politis, Ormas dan lain- lain), meningkatnya kriminalitas di berbagai kalangan, serta menurunnya etos kerja di berbagai instansi-instansi pemerintahan, merosotnya nilai-nilai keadilan, spiritual, kemanusiaan dan masih banyak lagi.
Menanggapi permasalahan seperti itu, maka saatlah kita sebagai warga negara yang sadar akan hal itu harus mengadakan sebuah perubahan, dan memperbaiki kondisi yang telah menujuh keterpurukan. Adapun salah satu  langkah awal yang dapat dijadikan sarana untuk memperbaiki kondisi Bangsa tersebut adalah meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui penyelenggaraan pendidikan.
Pendidikan harus menjadi sebuah sarana penting untuk memperbaiki moral bangsa, khususnya Bangsa Indonesia. Pendidikan sebagai sebuah wahana pembaharuan dalam rangka mencetak generasi bangsa yang berkualitas. Sebagaimana telah tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan No. 20 Tahun 2003 bahwa, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan harus mampu merubah Sumber Daya Manusia (SDM) yang biasa menjadi luar biasa, yang lemah menjadi kuat, yang pasif menjadi aktif, yang tidak berilmu menjadi berilmu, yang tidak beradab menjadi berakhlak mulia dan yang tidak bertaqwa menjadi bertaqwa.
Jika memperhatikan rumusan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, maka begitu ideal harapan penyelenggaraan pendidikan di negara Indonesia ini, namun pada prakteknya pendidikan belum mampu mewujudkan harapan tersebut. Penyelenggaraan pendidkan di Indonesia seringkali diselenggarakan hanya untuk memproduksi generasi bangsa yang hanya siap bekerja, pendidikan diorientasikan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan yang hanya mengembangkan aspek kognitif peserta didik, dan mengabaikan pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotorik peserta didik. Dari fonomena tersebut, maka perlu dipertanyakan kembali keberadaan penyelenggaraan pendidikan di negara kita. Sudahkah penyelenggaraan pendidikan yang seperti itu mampu mewujudkan cita-cita pendidikan nasional yang sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003.
Berangkat dari fonomena di atas, maka akhir-akhir ini Kemendiknas telah mencanangkan visi penerapan pendidikan karakter bangsa pada tahun 2010-2014 pada semua jenjang pendidikan, dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Pendidikan karakter yaitu pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius; mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.
Berkaitan dengan visi pencanangan pendidikan karakter, maka penulis tertarik untuk memotret lebih jauh tentang bagaimana model pendidikan karakter di sekolah, khususnya di jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Maka, dalam hal ini peneliti memilih Sekolah Dasar Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya sebagai subjek penelitian. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada jenjang Pendidikan Sekolah Dasar karena sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 17 ayat 1, bahwa pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Sebagai jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan berikutnya, maka Sekolah Dasar memiliki peranan yang begitu penting dalam kesinambungan pendidikan pada jenjang berikutnya, dan Sekolah Dasar memiliki peranan penting dalam membentuk kepribadian peserta didik sejak dini. Adapun alasan penulis memilih SD Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya sebagai objek penelitian karena lembaga pendidikan sebelum Kemendiknas mencanangkan program unggulan pendidikan karakter, lembaga ini sudah lebih awal mendesain pola pendidikannya dengan konsep character Building,  yaitu dimulai pada tahun pelajaran 2006-2007.
Berdasarkan beberapa latar belakang tersebut, maka peneliti mengambil sebuah tema penelitiannya tentang “Model Pendididkan Berbasis Karakter di SD Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya” dengan beberapa rumusan masalah yaitu: Bagaimanakah pendidikan berbasis karakter diselenggarakan di Sekolah Dasar Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya? Bagaimanakah tingkat keberhasilan penerapan  model pendidikan berbasis karakter di Sekolah Dasar Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya? Apakah faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan pendidikan berbasis karakter di Sekolah Dasar Al-Azhar Kelapa Gading  Surabaya?
II

Secara etimologi, pendidikan berasal dari kata dasar  didik  yang berarti ajaran, atau bimbingan, dan mendapat awalan pe- dan akhiran -an yang berarti proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam Bahasa Inggris, pendidikan disebut dengan istilah education yang asal katanya yaitu educate yang berarti mendidik. Adapun dalam Bahasa Arab, ada beberapa istilah yang  biasa digunakan, yaitu: tarbiyyah, ta’dib dan ta’lim. Sedangkan pengertian pendidikan secara terminologi adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Kata karakter berasal dari Bahasa Yunani yaitu charassein yang berarti mengukir sehingga terbentuk sebuah pola. Adapun dalam Kamus Bahasa Indonesia karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti. Dalam istilah Arab, karakter sepadan dengan  kata “akhlak”, yang berarti perangai, kelakuan, tabi’at, watak dasar, kebiasaan, peradaban yang baik dan agama. Sedangkan Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian Pusat Kurikulum dalam buku panduan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa mendefinisikan karakter sebagai watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk berpikir, bersikap, dan bertindak setiap manusia dalam kehidupan sehari- harinya. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain, menghargai antar sesama. Berdasarkan beberapa pengertian karaktr tersebut, maka karakter adalah ciri khas kekuatan mental, moral atau kepribadian yang dimiliki oleh individu yang sehingga dengannya dapat terlihat adanya perbedaan pada setiap individu.
Berangkat dari pengertian pendidikan dan pengertian karakter di atas, maka pendidikan karakter adalah suatu usaha untuk membentuk kebiasaan baik anak sejak dini, atau suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk meleksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi  insan kamil. Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan berprilaku yang mampu membantu individu untuk hidup dalam lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan karakter mengharapkan adanya pertumbuhan moral setiap individu dalam rangka mewujudkan manusia yang berakhlak mulia. Manusia yang tidak hanya unggul dalam aspek kognitifnya, akan tetapi juga unggul dari segi kecerdasan emosional dan spritual. Oleh sebab itu untuk mencapai tujuan tersebut, maka Thomas Lickona berpendapat bahwa pendidikan karakter harus menekankan tiga komponen yang perlu dikembangkan dalam aplikasi pendidikan karakter, di antaranya yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral action.
Berdasarkan tiga komponen tersebut, maka pendidikan di manapun akan berkenaan dengan tugas olah pikir (pengetahuan), olah rasa (apresiasi), dan olah raga (keterampilan) dalam konteks kehidupan psikologis, sosial dan kultural. Dari konteks inilah nilai-nilai (value), lingkungan, dan spiritual akan menjadi bahan untuk membentuk karakter anak didik. Nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan kepada anak-anak adalah nilai-nilai universal (nilai agama, nilai moral, nilai kewarganergaraan, nilai adat istiadat, nilai budaya, nilai hukum dan lain-lain, yang mana nilai-nilai tersebut dapat diterima oleh semua golongan sehingga mampu dijadikan pemersatu bagi seluruh masyarakat yang terdiri dari beraneka ragam budaya, agama, ras, adat istiadat, suku, dan latarbelakang.
Keberhasilan dalam menyelenggarakan dan menanamkan nilai-nilai kehidupan melalui pendidikan karakter dapat pula dipengaruhi oleh cara atau pendekatan yang dipergunakan dalam menyampaikan. Menurut Suparno, dkk ada empat model pendekatan pendidikan karakter, yaitu: Model pendidikan karakter sebagai mata pelajaran tersendiri, model pendidikan karakter terintegrasi dalam semua bidang studi, model pendidikan karakter di luar pembelajaran, model pendidikan karakter gabungan. Model gabungan adalah menghubungkan antara model integrasi dan model di luar pelajaran menjadi satu kesatuan.
Perencanaan pendidikan karakter dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor) secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik dan diterapkan ke dalam kurikulum melalui beberapa program yaitu pengembangan diri, pengintegrasian dalam mata pelajaran, dan budaya sekolah. Sedangkan pengembangan pelaksanaan proses pembelajaran  Berbasis Karakter diselenggarakan secara aktif, menyenangkan, kreatif, aktif dan berpusat pada anak, dengan menggunakan  beberapa pendekatan pembelajaran yaitu: pendekatan kolaborasi, rolling class atau moving class, ramah guru dan ramah anak,literasi, quantum, tematik,  kontekstual, dan kontruktivis,. Sedangkan metode yang digunakan diataranya: keteladanan, penanaman kedisiplinan, pembiasaan, integrasi dan internalisasi. Pembelajaran karakter dapat diselenggarakan di kelas maupun di luar kelas.  Pembelajaran karakter harus mensinergikan antara sekolah dan rumah, antara guru dan orang tua.  Begitu pula dengan penilaian dalam pendidikan karakter adalah penilaian pada  aspek  perilaku atau tindakan, bukan pengertian, pengetahuan, atau kata-kata yang diucapkan. Penilaian pendidikan karakter yang diselenggarakan di sekolah bukanlah satu-satunya faktor untuk menentukan kelulusan siswa. Namun, lebih utama lagi untuk menentukan apakah kita sebagai individu yang hidup dalam lembaga pendidikan mau mengembangkan daya-daya reflektif yang ada dalam diri kita sehingga hidup dalam kebersamaan dengan orang lain menjadi semakin baik.

III

Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kualitatif atau suatu pendekatan penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fonomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok dan data yang dihasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang diamatiAdapun metode pengumpulan datanya menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan menggunakan analisis kualitatif. Adapun langkah-langkah dalam teknik analisis data meliputi, pengumpulan data, reduksi data, display data dan verifikasi.
  
IV

Penyelenggaraan pendidikan karakter di SD Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya dari segi perencanaan didesain dengan memadukan tiga pilar yaitu moral, kecerdasan majemuk dan kebermaknaan pembelajaran dan didukung oleh landasan yang kuat, yaitu visi, misi, tujuan, komitmen, motivasi dan kebersamaan. Ketiga pilar dan landasan tersebut didukung adanya kontrol, evaluasi serta perbaikan berkelanjutan. Selain itu, pembentukan karakter di Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya didasarkan pada karakter Rasulullah, yaitu sidiq, amanah, tabligh, dan fathonah dan empat pilar yang dirumuskan Al-Azhar kelapa Gading Surabaya, yaitu: rabbaniyyah, insaniyyah, ilmiyyah, dan alamiyah. Rabbaniyah (hubungan manusia dengan tuhan), insaniyyah (hubungan sesama manusia), ilmiyyah (hubungan manusia dengan pengembangan ilmu pengetahuan), alamiyyah (hubungan manusia dengan alam sekitar). Keempat pilar tersebut disenergikan dengan konsep pendidikan karakter yang digagas oleh pemerintah, yaitu: olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga.
Sedangkan dari segi aplikasi pendidikan karakter di SD Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya dilakukan dengan beberapa langkah yaitu: 1) Menyusun kurikulum pendidikan karakter (Kurikulum Tersembunyi/ Hidden Curriculum). Pendidikan karakter terintegrasi dalam semua mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler sehingga menjadi sebuah kurikulum yang terintegrasi. Dalam pengintegrasian kurikulum, SD Al-Azhar Kelapa Gading mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pendidikan karakter. SKL pendidikan karakter dijabarkan ke dalam beberapa kompetensi dasar dan kompetensi dasar dijabarkan menjadi beberapa indikator. 2) Membangun budaya sekolah. 3) Pesan moral (pesan terucap dan pesan tertulis). 4) Menyusun lesson plan pendidikan karakter dan kegiatan pengembangan diri. 5) Pendampingan guru dan pembinaan berkelanjutan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SD Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya. Dari segi penilaian, pendidikan karakter di SD Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya  dilaksanakan  sebagai bentuk pelaporan proses pembelajaran yang dilakukan melalui pengamatan sehari-hari secara berkesinambungan atau penilain berbasis autentik dengan menggunakan bentuk penilaian performance.  Penilaian tidak hanya dilakukan oleh guru dan dilaporkan ke orang tua saja, akan tetapi penilaian juga dilakukan oleh orang tua dan dilaporkan ke guru.
Indikator tingkat keberhasilan pelaksanaan model pendidikan karakter di SD Al-Azhar kelapa Gading Surabaya dapat dibuktikan dengan terlaksananya beberapa indikator keberhasilan di sekolah dan kelas yang di SD Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya dan keberhasilannya juga dibuktikan dengan terpilihnya Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya sebagai sekolah percontohan model pendidikan karakter di wilayah Jawa Timur pada tahun ini. Indikator tersebut di antaranya bahwa SD Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya telah mewujudkan budaya-budaya sekolah dan kelas yang mencerminkan nilai-nilai karakter yang di antaranya yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Hambatan yang dihadapi SD Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya dalam pelaksanaan pendidikan karakter di lembaganya yaitu  belum adanya satu bahasa  atau adanya kesalahpahaman beberapa pihak (guru, orang tua, dan masyarakat) tentang pendidikan karakter. Guru, orang tua dan masyarakat menganggap bahwa mereka akan merasakan kesulitan dalam aplikasi pendidikan karakter. Guru mempunyai persepsi bahwa dengan adanya program pendidikan karakter, maka bertambahlah beban mereka dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran, mereka harus merubah administrasi dan orang tua menganggap pendidikan karakter akan membutuhkan biaya yang mahal. Adapun solusi yang diambil oleh pihak SD Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya untuk mengatasi hambatan tersebut adalah mengadakan beberapa kegiatan yang di antaranya yaitu seminar tentang pendidikan karakter, workshop dan pelatihan pendidikan karakter, quantum parenting, home visit, penerbitan buletin, majalah yang berisikan aktikel- artikel tentang pendidikan karakter serta dengan menerbitkan buku panduan pendidikan karakter.

Uswatun Chasanah, M.Pd.I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar