I
Indonesia saat
ini sedang menghadapi ujian berat yang berkepanjangan kita rasakan, yaitu terjadinya
krisis multidimensi. Sebagai bukti, Indonesia sampai saat ini masih mengalami
krisis ekonomi yang berlarut- larut, dan krisis tersebut merambat keberbagai
aspek kehidupan lainnya, seperti; aspek politik, aspek budaya, aspek
pendidikan, dan lain- lain. Dampak adanya krisis multidimensi ini adalah
mengakar pada menurunnya kualitas moral bangsa yang dicirikan dengan
membudayanya praktek KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), berbagai konflik
merajalela (antar etnis, agama, politis, Ormas dan lain- lain), meningkatnya
kriminalitas di berbagai kalangan, serta menurunnya etos kerja di berbagai
instansi-instansi pemerintahan, merosotnya nilai-nilai keadilan, spiritual,
kemanusiaan dan masih banyak lagi.
Menanggapi
permasalahan seperti itu, maka saatlah kita sebagai warga negara yang sadar
akan hal itu harus mengadakan sebuah perubahan, dan memperbaiki kondisi yang
telah menujuh keterpurukan. Adapun salah satu
langkah awal yang dapat dijadikan sarana untuk memperbaiki kondisi
Bangsa tersebut adalah meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui
penyelenggaraan pendidikan.
Pendidikan
harus menjadi sebuah sarana penting untuk memperbaiki moral bangsa, khususnya
Bangsa Indonesia. Pendidikan sebagai sebuah wahana pembaharuan dalam rangka
mencetak generasi bangsa yang berkualitas. Sebagaimana telah tertuang dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan No. 20 Tahun 2003 bahwa, pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan
harus mampu merubah Sumber Daya Manusia (SDM) yang biasa menjadi luar biasa,
yang lemah menjadi kuat, yang pasif menjadi aktif, yang tidak berilmu menjadi
berilmu, yang tidak beradab menjadi berakhlak mulia dan yang tidak bertaqwa
menjadi bertaqwa.
Jika memperhatikan rumusan tujuan pendidikan nasional yang
tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, maka begitu ideal
harapan penyelenggaraan pendidikan di negara Indonesia ini, namun pada
prakteknya pendidikan belum mampu mewujudkan harapan tersebut. Penyelenggaraan
pendidkan di Indonesia seringkali diselenggarakan hanya untuk memproduksi
generasi bangsa yang hanya siap bekerja, pendidikan diorientasikan pada
penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan yang hanya mengembangkan aspek kognitif
peserta didik, dan mengabaikan pengembangan aspek afektif dan aspek
psikomotorik peserta didik. Dari fonomena tersebut, maka perlu dipertanyakan
kembali keberadaan penyelenggaraan pendidikan di negara kita. Sudahkah
penyelenggaraan pendidikan yang seperti itu mampu mewujudkan cita-cita
pendidikan nasional yang sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003.
Berangkat dari fonomena di atas, maka akhir-akhir ini Kemendiknas telah mencanangkan visi penerapan pendidikan
karakter bangsa pada tahun 2010-2014 pada semua jenjang pendidikan, dari
Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Pendidikan karakter yaitu pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang
terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang
religius; mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri,
kreatif, berwawasan kebangsaan; dan mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah
sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan
persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.
Berkaitan dengan visi
pencanangan pendidikan karakter, maka penulis tertarik untuk memotret lebih
jauh tentang bagaimana model pendidikan karakter di sekolah, khususnya di
jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Maka, dalam hal ini peneliti memilih Sekolah
Dasar Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya sebagai subjek penelitian. Penulis
tertarik untuk melakukan penelitian pada jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
karena sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 17 ayat 1, bahwa
pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Sebagai jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
berikutnya, maka Sekolah Dasar memiliki peranan yang begitu penting dalam
kesinambungan pendidikan pada jenjang berikutnya, dan Sekolah Dasar memiliki
peranan penting dalam membentuk kepribadian peserta didik sejak dini. Adapun
alasan penulis memilih SD Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya sebagai objek
penelitian karena lembaga pendidikan sebelum Kemendiknas mencanangkan program
unggulan pendidikan karakter, lembaga ini sudah lebih awal mendesain pola
pendidikannya dengan konsep character Building, yaitu dimulai pada tahun pelajaran 2006-2007.
Berdasarkan beberapa latar
belakang tersebut, maka peneliti mengambil sebuah tema penelitiannya tentang
“Model Pendididkan Berbasis Karakter di SD Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya”
dengan beberapa rumusan masalah yaitu: Bagaimanakah pendidikan berbasis
karakter diselenggarakan di Sekolah Dasar Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya?
Bagaimanakah tingkat keberhasilan penerapan
model pendidikan berbasis karakter di Sekolah Dasar Al-Azhar Kelapa
Gading Surabaya? Apakah faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan
pendidikan berbasis karakter di Sekolah Dasar Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya?
II
Secara
etimologi, pendidikan berasal dari kata dasar
didik yang berarti ajaran,
atau bimbingan, dan mendapat awalan pe- dan akhiran -an yang
berarti proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam Bahasa
Inggris, pendidikan disebut dengan istilah education yang asal katanya
yaitu educate yang berarti mendidik. Adapun dalam Bahasa Arab, ada
beberapa istilah yang biasa digunakan,
yaitu: tarbiyyah, ta’dib dan ta’lim. Sedangkan pengertian
pendidikan secara terminologi adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Kata
karakter berasal dari Bahasa Yunani yaitu charassein yang berarti
mengukir sehingga terbentuk sebuah pola. Adapun dalam Kamus Bahasa Indonesia
karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti.
Dalam istilah Arab, karakter sepadan dengan
kata “akhlak”, yang berarti perangai, kelakuan, tabi’at, watak dasar,
kebiasaan, peradaban yang baik dan agama. Sedangkan Kementrian Pendidikan
Nasional Badan Penelitian Pusat Kurikulum dalam buku panduan pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa mendefinisikan karakter sebagai watak,
tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan
sebagai landasan untuk berpikir, bersikap, dan bertindak setiap manusia dalam
kehidupan sehari- harinya. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan
norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada
orang lain, menghargai antar sesama. Berdasarkan beberapa pengertian karaktr
tersebut, maka karakter adalah ciri khas kekuatan mental, moral atau
kepribadian yang dimiliki oleh individu yang sehingga dengannya dapat terlihat
adanya perbedaan pada setiap individu.
Berangkat
dari pengertian pendidikan dan pengertian karakter di atas, maka pendidikan
karakter adalah suatu usaha untuk membentuk kebiasaan baik anak sejak dini,
atau suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk meleksanakan
nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama,
lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi
insan kamil. Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan
berprilaku yang mampu membantu individu untuk hidup dalam lingkungan
masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan karakter mengharapkan adanya
pertumbuhan moral setiap individu dalam rangka mewujudkan manusia yang
berakhlak mulia. Manusia yang tidak hanya unggul dalam aspek kognitifnya, akan
tetapi juga unggul dari segi kecerdasan emosional dan spritual. Oleh sebab itu
untuk mencapai tujuan tersebut, maka Thomas
Lickona berpendapat bahwa pendidikan karakter harus menekankan tiga komponen yang perlu
dikembangkan dalam aplikasi pendidikan karakter, di antaranya yaitu moral knowing, moral feeling,
dan moral action.
Berdasarkan tiga komponen tersebut, maka pendidikan di
manapun akan berkenaan dengan tugas olah pikir (pengetahuan), olah rasa
(apresiasi), dan olah raga (keterampilan) dalam konteks kehidupan psikologis,
sosial dan kultural. Dari konteks inilah nilai-nilai (value), lingkungan,
dan spiritual akan menjadi bahan untuk membentuk karakter anak didik. Nilai-nilai
karakter yang perlu ditanamkan kepada anak-anak adalah nilai-nilai universal
(nilai agama, nilai moral, nilai kewarganergaraan, nilai adat istiadat, nilai
budaya, nilai hukum dan lain-lain, yang mana nilai-nilai tersebut dapat
diterima oleh semua golongan sehingga mampu dijadikan pemersatu bagi seluruh
masyarakat yang terdiri dari beraneka ragam budaya, agama, ras, adat istiadat, suku,
dan latarbelakang.
Keberhasilan dalam menyelenggarakan dan menanamkan nilai-nilai
kehidupan melalui pendidikan karakter dapat pula dipengaruhi oleh cara atau
pendekatan yang dipergunakan dalam menyampaikan. Menurut Suparno, dkk ada empat model pendekatan
pendidikan karakter, yaitu: Model pendidikan karakter sebagai mata pelajaran
tersendiri, model pendidikan karakter terintegrasi
dalam semua bidang studi, model pendidikan
karakter di luar pembelajaran, model pendidikan
karakter gabungan. Model gabungan adalah menghubungkan antara
model integrasi dan model di luar pelajaran menjadi satu kesatuan.
Perencanaan pendidikan karakter dilakukan oleh kepala
sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor) secara bersama-sama sebagai suatu
komunitas pendidik dan diterapkan ke dalam kurikulum melalui beberapa program
yaitu pengembangan diri, pengintegrasian dalam mata pelajaran, dan budaya
sekolah. Sedangkan pengembangan
pelaksanaan proses pembelajaran Berbasis
Karakter diselenggarakan secara
aktif, menyenangkan, kreatif, aktif dan berpusat pada anak, dengan
menggunakan beberapa pendekatan
pembelajaran yaitu: pendekatan kolaborasi, rolling class atau moving
class, ramah guru dan ramah anak,literasi, quantum, tematik, kontekstual, dan kontruktivis,. Sedangkan
metode yang digunakan diataranya: keteladanan, penanaman kedisiplinan,
pembiasaan, integrasi dan internalisasi. Pembelajaran
karakter dapat diselenggarakan
di kelas maupun di luar
kelas. Pembelajaran karakter harus mensinergikan
antara sekolah dan rumah, antara guru dan orang tua. Begitu pula dengan penilaian dalam pendidikan
karakter adalah penilaian pada aspek perilaku atau tindakan, bukan pengertian,
pengetahuan, atau kata-kata yang diucapkan. Penilaian pendidikan karakter yang
diselenggarakan di sekolah bukanlah satu-satunya faktor untuk menentukan
kelulusan siswa. Namun, lebih utama lagi untuk menentukan apakah kita sebagai
individu yang hidup dalam lembaga pendidikan mau mengembangkan daya-daya
reflektif yang ada dalam diri kita sehingga hidup dalam kebersamaan dengan
orang lain menjadi semakin baik.
III
Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kualitatif atau suatu
pendekatan penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis
fonomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran
orang secara individual maupun kelompok dan data yang dihasilkan data
diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku
yang diamatiAdapun metode pengumpulan datanya
menggunakan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi. Teknik analisis data dengan menggunakan analisis kualitatif.
Adapun langkah-langkah dalam teknik analisis data meliputi, pengumpulan data,
reduksi data, display data dan verifikasi.
IV
Penyelenggaraan pendidikan karakter di SD Al-Azhar Kelapa
Gading Surabaya dari segi perencanaan didesain dengan memadukan tiga
pilar yaitu moral, kecerdasan majemuk dan kebermaknaan pembelajaran dan
didukung oleh landasan yang kuat, yaitu visi, misi, tujuan, komitmen, motivasi
dan kebersamaan. Ketiga pilar dan landasan tersebut
didukung adanya kontrol, evaluasi serta perbaikan berkelanjutan. Selain itu,
pembentukan karakter di Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya didasarkan pada
karakter Rasulullah, yaitu sidiq, amanah, tabligh, dan fathonah dan
empat pilar yang dirumuskan Al-Azhar kelapa Gading Surabaya, yaitu:
rabbaniyyah, insaniyyah, ilmiyyah, dan alamiyah. Rabbaniyah
(hubungan manusia dengan tuhan), insaniyyah (hubungan sesama manusia), ilmiyyah
(hubungan manusia dengan pengembangan ilmu pengetahuan), alamiyyah (hubungan
manusia dengan alam sekitar). Keempat pilar tersebut disenergikan dengan
konsep pendidikan karakter yang digagas oleh pemerintah, yaitu: olahhati,
olahpikir, olahrasa dan olahraga.
Sedangkan dari segi aplikasi pendidikan karakter di SD
Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya dilakukan dengan beberapa langkah yaitu: 1) Menyusun kurikulum pendidikan karakter
(Kurikulum Tersembunyi/ Hidden Curriculum). Pendidikan karakter terintegrasi dalam semua mata pelajaran dan kegiatan
ekstrakurikuler sehingga menjadi sebuah kurikulum yang
terintegrasi. Dalam pengintegrasian kurikulum, SD Al-Azhar Kelapa
Gading mengembangkan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) pendidikan karakter. SKL pendidikan karakter dijabarkan ke
dalam beberapa kompetensi dasar dan kompetensi dasar dijabarkan menjadi
beberapa indikator. 2) Membangun budaya sekolah. 3) Pesan moral (pesan terucap
dan pesan tertulis). 4) Menyusun lesson plan pendidikan karakter dan
kegiatan pengembangan diri. 5) Pendampingan guru dan pembinaan berkelanjutan
dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SD Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya. Dari
segi penilaian, pendidikan karakter di SD Al-Azhar
Kelapa Gading Surabaya dilaksanakan sebagai bentuk pelaporan proses pembelajaran
yang dilakukan melalui pengamatan sehari-hari secara berkesinambungan atau
penilain berbasis autentik dengan menggunakan bentuk penilaian performance. Penilaian tidak hanya dilakukan oleh guru dan
dilaporkan ke orang tua saja, akan tetapi penilaian juga dilakukan oleh orang
tua dan dilaporkan ke guru.
Indikator tingkat keberhasilan pelaksanaan model
pendidikan karakter di SD Al-Azhar kelapa Gading Surabaya dapat dibuktikan
dengan terlaksananya beberapa indikator keberhasilan di sekolah dan kelas yang
di SD Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya dan keberhasilannya juga dibuktikan
dengan terpilihnya Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya sebagai sekolah percontohan
model pendidikan karakter di wilayah Jawa Timur pada tahun ini. Indikator
tersebut di antaranya bahwa SD Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya telah mewujudkan
budaya-budaya sekolah dan kelas yang mencerminkan nilai-nilai karakter yang di
antaranya yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Hambatan yang dihadapi SD Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya
dalam pelaksanaan pendidikan karakter di lembaganya yaitu belum adanya satu bahasa atau adanya kesalahpahaman beberapa pihak
(guru, orang tua, dan masyarakat) tentang pendidikan karakter. Guru,
orang tua dan masyarakat menganggap bahwa mereka akan merasakan kesulitan dalam
aplikasi pendidikan karakter. Guru mempunyai persepsi bahwa dengan adanya
program pendidikan karakter, maka bertambahlah beban mereka dalam mempersiapkan
perangkat pembelajaran, mereka harus merubah administrasi dan orang tua
menganggap pendidikan karakter akan membutuhkan biaya yang mahal. Adapun solusi
yang diambil oleh pihak SD Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya untuk mengatasi
hambatan tersebut adalah mengadakan beberapa kegiatan yang di antaranya yaitu
seminar tentang pendidikan karakter, workshop dan pelatihan pendidikan
karakter, quantum parenting, home visit, penerbitan buletin,
majalah yang berisikan aktikel- artikel tentang pendidikan karakter serta
dengan menerbitkan buku panduan pendidikan karakter.
Uswatun
Chasanah, M.Pd.I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar