Teori belajar
kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori belajar kognitif
lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Belajar tidak sekedar
melibatkan antara stimulus dan respon, akan tetapi belajar merupakan perubahan
persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku
yang nampak, dan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan,
retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek- aspek kejiwaan lainnya.
Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang
diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan
terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-
pengalaman sebelumnya. Selain itu, teori kognitif mengatakan bahwa tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya.[1]
Berkaitan dengan
pengertian belajar yang dirumuskan oleh teori kognitif di atas, maka banyak
para ahli teori belajar yang tergolong dalam aliran kongitif ini. Sebagaimana
dalam bukunya yang berjudul An Introduction To Theories Of Learning,
diantara beberapa tokoh yang termasuk teori belajar kognitif adalah: Kurt
Koffka, Max Wertheimer dengan teorinya Gestalt, Jean Piaget dengan teori
perkembangan kognitif, Edward Chace Tolman, Albert Bandura dengan teori belajar
sosialnya, dan Donald A. Norman dengan teorinya pengolahan informasi
Beberapa tokoh
aliran kognitif telah dibahas pada pertemuan yang lalu, dan dalam malakah ini
penulis akan menguraikan pemikiran Donald A. Norman tentang teorinya pengolahan
informasi. Dalam pembahasan ini, penulis akan menyajikan beberapa pokok bahasan
yang meliputi: Biografi Donald A. Norma, Pengertian teori pemrosesan informasi,
bagaimana konsep teori pemrosesan informasi Donald A. Norman, aplikasi teori Donald A. Norman dalam
pendidikan, serta kritik dan evaluasi teori Donald A. Norman.
1 Biografi Donald A.
Norman
Donald A. Norman adalah salah satu tokoh
representasi dari psikologi pengolahan informasi (Information Processing of Psychology), hal ini dikarenakan ketertarikannya secara khusus
pada belajar dan secara konsern serta komprehensif mendalami hal itu dari pada
kerja yang lainnya. Donald A. Norman lahir pada tahun 1935, ia adalah profesor
psikologi pada University of California, San Diego. Dia juga menjabat sebagai direktur pada Institute
for Cognitive Science dan pimpinan disiplin program doctoral di Cognitive
Science. Norman menerima gelar kesarjanaannya dari Massachusetts
Institute of Technology dalam bidang Electrical Engineering pada
tahun 1957, dan Donald A.
Norman memperoleh gelar M.A. dari University of
Pennsylvania dalam bidang Electrical Engineering pada tahun 1959 serta gelar doktornya (Ph.D.) diperoleh
dari institusi yang sama dalam bidang psikologi matematika di tahun 1962. Setelah masa studinya berakhir, Donald A.
Norman menjadi
dosen dan peneliti di Harvard University dari tahun 1963 hingga dia
bergabung pada sebuah fakultas di University of California, San Diego.
Berbagai artikel dan buku-buku telah
banyak dihasilkannya dan tulisan- tulisannya tersebut memberi sumbangsih pada
teori belajarnya, yaitu pendekatan pemrosesan informasi. Adapun diantara
tulisannya yaitu: Human
Information Processing: An Introduction to Psychology yang ditulisnya pada tahun 1977 bersama temanya Peter H.
Lindsay. Norman lebih tertarik pada aplikasi teorinya, ia mengaplikasikan fokus kerja pada apa yang disebut dengan
cognitive engineering yang bisa digunakan untuk mengembangkan human
machine interactive system yang akan mengurangai kesalahan insiden manusia.
Pada tahun 1988
dia juga menulis The
Psychology of Everyday Things, menunjukkan bagaimana mendisain peralatan
dan mesin yang tepat bisa dengan signifikan mereduksi kesalahan.[2]
Selain ia menghasilkan
banyak karya, Norman telah menerima banyak penghargaan
untuk karyanya tersebut. He received an honorary degree from
the in , . Ia menerima gelar kehormatan dari University of Padua di Padua, Italia. In 2001 he was inducted
as a of the , and in 2006
received the in Computer and
Cognitive Science. Pada tahun 2001 ia sebagai Fellow dari Asosiasi untuk Komputasi Mesin , dan
pada tahun 2006 menerima Medali Benjamin Franklin dalam Ilmu
Komputer dan kognitif.[3]
Berdasarkan biografi singkat Norman di atas, walaupun Norman secara
biografis tidak keilmuan
tidak fokus mempelajari dalam bidang pendidikan, akan
tetapi pada kenyataanya beliau lebih intens untuk melalukan
penelitian-penelitian tentang pembelajaran yang lebih menitik tekankan kepada
proses kognitif dengan itulah dia
sebagai spesialisasi tokoh Information Processing
Psychology.
2 Teori Pengolahan Informasi
Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang konsep
teori pengolahan informasi Donald A. Norman, terlebih dahulu kita memahami tentang
apakah sebenarnya teori pengolahan informasi itu? Dalam buku yang berjudul Educational
Psychology, dijelaskan bahwa pengolahan informasi adalah sebuah pendekatan
kognitif bagaimana seseorang mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun
strategi berkenaan dengan informasi tersebut. Inti dari pendekatan pemrosesan
informasi adalah proses memori dan proses berpikir. Menurut pendekatan
pemrosesan informasi, seseorang secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk
memproses informasi, dan karenanya secara bertahap pula mereka bisa mendapatkan
pengetahuan dan keahlian yang kompleks.[4]
Jadi, pada intinya teori ini menjelaskan bagaimana
seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang
cukup lama.
Berkaitan dengan apakah teori pengolahan informasi
itu, maka menurut Robert Sieglar yang
dikutip oleh John W. Santrock, bahwa karakteristik pendekatan pegolahan
informasi adalah: proses berpikir, mekanisme pengubah, dan modifikasi diri.[5]
Selain karakteristik tersebut, menurut Margaret E. Bell Gredler teori ini
memiliki ciri khas yang membedakan dengan teori belajar lainnya, yaitu: Pertama,
teori ini tidak bercirikan karya satu orang teoritikus saja atau satu ancangan
penelitian tertentu. Teori ini berdasarkan perkembangan seperti perkembangan
program konputer yang meniru kecerdasan manusia. Kedua, perpecahan pandangan
filosofis dalam bidang kognitif. Ketiga, perbedaan pada derajat penekanan soal
belajar. Teori pengolah informasi tidak memperlakukan belajar sebagai pusat
penelitian yang utama, belajar hanyalah merupakan salah satu proses yang
diselidiki dan antara kaitan belajar dan sub- sub ranah lain dari psikologi
kognitif.[6]
Dalam bukunya B. R. Hergenhahn dan Matthew H.
Olson dijelaskan bahwa latar belakang teori pemrosesan informasi disebabkan
adanya beberapa faktor yaitu:
a.
Psikologi
S-R yang berpandangan bahwa manusia berinteraksi dengan lingkungan secara otomatis,
seperti cara mesin.
b.
Psikologi kognitif yang didoroang oleh Tolman,
Bandura dan Piaget yang lebih menekankan pentingnya informasi, harapan,
keyakinan dan skemata.
c.
Sibernetik, teori yang berkembang sejalan
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan informasi. Teori ini beranggapan
bahwa proses belajar adalah penting, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah
sistem informasi yang diproses yang akan dipelajarari. Informasi inilah yang
akan menentukan proses. Bagaimana proses belajar akan berlangsung sangat
ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari. Manusia secara terus- menerus menguji sensory input melawan
beberapa standard dan kemudian jika ada ketidak cocokan diantara keduanya, maka
yang menarik pada kesesuaian tingkah laku hingga ketidcocokan dihilangkan. Teori ini beasumsi bahwa tidak ada satu
proses belajar apapun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk
semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
d.
Robotology, adalah rancangan mesin yang mampu
melakukan kegiatan seperti manusia. Dari sini maka robot dan organisme dianggap
memiliki diantaranya: (1) mekanisme untuk menerima informasi dari
lingkungan eksternal mereka; (2) mekanisme untuk menerima informasi dari
lingkungan internal mereka; (3) mekanisme untuk belajar, pengolahan. dan
menyimpan informasi, (4) mekanisme untuk mengubah informasi diolah menjadi
bentuk sonik produksi atau perilaku.
e.
Teori informasi, yang menkonsep tindakan sebagai
sesuatu cara yang obyektif pengukuran informasi dan menunjukkan bagaimana
infromasi dikodekan dengan sistem komunikasi.
f.
Komputer, komputer yang bertindak sebagai model
kekuatan dengan studi proses kognitif manusia. Komputer dan manusia menerima informasi dari
lingkungan. Komputer melakukan ini dengan menggunakan pembaca kartu, tape
drive, dll, sedangkan manusia melakukannya menggunakan akal mereka.[7]
3 Konsep Teori
Pemrosesan Informasi Donald A. Norman
Teori Donald A. Norman tentang belajar diuraikan
dalam beberapa pokok bahasan yaitu:
a. Hukum Belajar,
yang meliputi:
1)
Hukum hubungan sebab akibat (The law of causal
relationship).
Suatu organisme untuk menghubungkan
belajar antara suatu tindakan khusus dan suatu hasil, sesuatu yang harus
menjadi suatu hubungan sebab akibat yang jelas diantara keduanya
2)
Hukum belajar sebab akibat (The law of causal learning)
Dalam hukum belajar sebab akibat mempunyai dua
bagian: Pertama, untuk hasil yang diinginkan, organisme yang mencoba untuk
mengulangi tindakan-tindakan tertentu yang memiliki suatu hubungan sebab akibat
yang jelas pada hasil yang diinginkan. Kedua, untuk hasil yang tidak
diinginkan, organisme yang mencoba untuk menghindari tindakan-tindakan itu yang
mempunyai suatu hubungan sebab akibat yang jelas untuk hasil yang tidak
diinginkan.
3)
Hukum umpan balik informasi (The law of information
feedback)
Dalam
hukum umpan balik informasi ini, hasil dari suatu penyajian peristiwa sebagai
informasi tentang peristiwa tersebut.[8]
b. Model Belajar.
Dalam pembahasan tentang model- model belajar,
Rumelhart and Norman (1981) memperlihatkan kedekatan hubungan antara pendekatan
proses informasinya (information processing approach) dan pandangan
Piaget tentang pengembangan pengetahuan (developmental knowledge).
Adapun model- model belajar
yang diuraikan dalam pemikiran Donald A. Norman sebagai berikut:
1)
Accretion (Pertumbuhan)
Accretion
merupakan proses penambahan pengetahuan pada skemata
yang ada, tanpa mengubah strukturnya dalam cara-cara yang mendasar. Contoh
belajar mengendarai mobil yang sebelumnya tidak bisa mengendarainya. Norman
(1982) menulis, agaknya kita telah memiliki kerangka pengetahuan tentang
struktur automobil dan mekaniknya. Namun, kita masih harus belajar tentang
mobil baru dan bagian-bagiannya yang penting. Sebagaimana mobil kita memasukkan
aspek-aspek baru ke dalam memori sesuai dengan bentuk maupun caranya.
2)
Structuring
(Penyusunan)
Ketika
keberadaan skemata tidak dapat
berhubungan dengan lingkungan secara efektif. Maka Norman
menunjukkan kepada belajar skemata sebagai struktur.
3)
Tuning (Penyelarasan)
Merupakan
penyesuaian suatu skemata pada suatu jenis situasi hubungan yang luas. Tuning mencoba
memasukkan hal yang tidak
baik pada bentuk yang sempurna dan ini
menunjukkan keterlambatan jenis belajar. Dalam proses ini dituntut untuk selalu
menyelaraskan dengan yang lebih mampu, yang tidak baik harus selaras
dengan yang ahli. Hal ini tidak mudah dan akan membutuhkan waktu yang banyak
untuk menyelaraskannya.
4)
Learning
by analogy (pembelajaran dengan analogi)
Model
ini menurut Norman bahwa belajar skemata baru selalu dihubungkan dengan skemata
yang sudah ada. Dalam proses ini beranggapan bahwa skemata yang ada merupakan
suatu analogi yang sempurna untuk yang lain.
c.
Memory (Ingatan)
Memori adalah proses mental yang meliputi
pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan yang
semuanya terpusat pada otak.[9]
Menuut Ellis dan Hunt, memory atau ingatan menunjuk
pada proses penyimpanan atau pemeliharaan informasi sepanjang waktu (maintaining
information overtime). Hampir semua aktifitas manusia selalu melibatkan aspek ingatan.
Oleh karena itu ingatan menjadi sesuatu yang sangat penting dalam proses
kognitif manusia.[10]
Memoru yang baik memiliki sifat- sifat diantaranya
yaitu: cepat dan mudah mencamkan, setia, teguh dan luas dalam menyimpan, dan
siap atau sedia dalam mereproduksi kesan- kesan.[11]
Menurut Norman bahwa terdapat tiga
hal yang harus dikelola untuk mengingat dengan sukses, yaitu menerima (acquisition),
menyimpan (retention) dan mengingat kembali (retrieval).[12]
Istilah lain yang digunakan
untuk menamakan ketiga istilah tersebut yaitu: memasukkan (encoding),
menyimpan (strorange), menimbulkan kembali (retrieval).[13]
Dalam buku An Introduction To Theories Of Learning dijelaskan bahwa ada
tiga tipe memori, yaitu: Sensory Memory, Short Term Memory, Long Term Memory.[14]
1) Sensory Memory
Memori sensoris yaitu memori yang mempertahankan
atau menyimpan informasi dari luar dalam bentuk sensori aslinya hanya selama
beberapa saat atau sepersekian detik.[15]
Sensory Memory ini merupakan sel pertama kali informasi diterima dari
luar.[16]
2) Short Term Memory
Short Term Memory adalah sistem memori berkapasitas terbatas, dimana
informasi dipertahankan sekitar 30 detik, kecuali informasi itu diulang atau
diproses lebih lanjut, di mana dalam kasus itu daya tahan simpanannya dapat
lebih lama.[17]
Memori jangka pendek berfungsi sebagai pusat kontrol kognitif untuk perhatian,
karena memori jangka pendek menentukan ke mana perhatian diarahkan, bagaimana
pengkodean input baru, dan bagaimana terlibat dalam proses pengulangan. Memori
jangka pendek dibagi menurut jenis sensori penerima terdiri dari: visual,
auditori, tekstual, kinestetik, dan penciuman.[18]
3) Long Term Memory
Long Term Memory adalah tipe memori
yang menyimpan banyak informasi selama periode waktu yang lama secara relatif
permanen. Ingatan memori jangka panjang bisa bertahan selama berjam- jam,
berhari- hari, berbulan- bulan atau bahkan bertahun- tahun.[19]
Berkaitan
dengan ketiga jenis memori di atas, maka peserta didik dalam proses
pembelajaran memanfaatkan ketiga memori tersebut. Seperti contoh: Peserta didik
menerima pelajaran tentang “Allah”, maka mula- mula informasi dan pengetahuan
tentang “Allah” akan masuk ke dalam short term memory melalui indera
mata (dengan cara melihat simbol/ tulisan Allah) atau telinga siswa tersebut
(dengan cara mendengar sebutan nama Allah). Kemudia, informasi mengenai Allah
itu diberi kode misalnya dalam bentuk simbol- simbol A-L-L-A-H. Setelah selesai
proses pengkodeaan (encoding), informasi itu masuk dan tersimpan di
dalam long term memory.
Suatu
kelak, apabila peserta didik memerlukan informasi mengenai ‘Allah”, misalnya
untuk menjawab pertanyaan “siapakah pencipta alam semesta?’’, maka memori akan
kembali bekerja atau berproses mencari respon dari kumpulan item- item
informasi dan pengetahuan yang terdapat dalam salah satu skema yang relevan.
Proses pencarian respons yang dilakukan siswa untuk memperoleh jawaban
mengenai siapa pencipta alam semesta jika sukses, maka ia akan berkata “Allah’.
Inilah peristiwa kognitif yang disebut recall atau retrieval,
yaitu hal memperoleh kembali informasi yang terstruktur dalam sistem skema-
skema yang terdapat dalam ranah cipta siswa.
d.
Ragam
Memory Berdasarkan Jenis Informasi Yang Disimpan
Disimpan dari sudut jenis
informasi dan pengetahuan yang disimpan, memori manusia terdiri dari dua macam,
yaitu:
1) Semantic
memory, yaitu memori khusus yang menyimpan arti- arti
atau pengertian- pengrtian.
2) Episodic
memory, yaitu memori khusus untuk menyimpan informasi
tentang peristiwa- peristiwa.[20]
e.
Peristiwa
Lupa dalam Belajar
Lupa adalah hilangnya kemampuan
untuk menyebut atau memproduksi kembali apa- apa yang sebelumnya telah kita
pelajari. Menurut Gulo dan Reber yang dikutip oleh Muhibbin Syah, bahwa lupa
sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari
atau dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi
dan pengetahuan dari akal kita. Adapun faktor- faktor penyebab lupa diantaranya
adalah:
1)
Gangguan
konflik antara item- item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori.
2)
Karena
adanya tekanan terhadap item yang telah ada baik sengaja ataupun tidak.
3) Karena
perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat
kembali.
4)
Perubahan
sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu.
5)
Karena
materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dingat
kembali.
6)
Perubahan
urat syaraf otak.[21]
Berkaiatan dengan beberapa faktor penyebab lupa di atas, ada 2 teori yang
membahas tentang peristiwa lupa. Yaitu:
1) Teori atropi, yaitu suatu teori
mengenai kelupaan yang menitik beratkan pada lama interval. Menurut teori ini,
kelupaan terjadi karena jejak- jejak ingatan
atau memory traces telah lama tidak ditimbulkan kemabali, maka memory
traces makin lama mengendap, hingga pada akhirnya orang akan mengalami
kelupaan.
2) Teori interferensi, yaitu teori yang lebih
menitikberatkan pada isi interval. Menurut teori ini, kelupaan terjadi karena memory
traces saling bercampur satu denagn yang lain dan saling mengganggu, saling
berinterferensi sehingga menimbulkan kelupaan.[22]
f.
Dua
Belas Pokok Permasalahan iImu kognitif yang diungkapkan oleh Norman:
1) Sistem Kepercayaan.
Menurut Norman, apa yang kita yakini benar tentang
dunia dan diri kita sendiri (apakah keyakinan itu benar atau tidak) dapat
mempengaruhi memori, persepsi, pemecahan masalah, dan interpretasi pengalaman
pada umumnya. Hal ini penting, oleh karenanya yang kita
tahu bagaimana sistem percaya terbentuk, bagaimana mereka beroperasi dan
bagaimana mereka berubah. Norman memiliki
pribadi mengalami pentingnya sistem keyakinan: "kunjungan singkat saya ke ini telah memberikan kesan dengan
berapa banyak struktur kepercayaan saya sendiri yang tersembunyi terkait
pengaruh murni inferensi logis saya, proses memori, dan interaksi sosial. Saya menduga bahwa kita akan menemukan bahwa
lebih dari perilaku kita dengan ditentukan, tidak kurang. Sejauh keyakinan bisa disamakan dengan
harapan, penelitian seperti Bandura telah membuat keuntungan substansial dalam
menentukan pentingnya keyakinan dalam hidup seseorang, tetapi kata Norman,
masih banyak yang harus dilakukan.
2) Kesadaran.
3) Pembangunan
Seperti Piaget, Norman percaya bahwa proses informasi
anak-anak dan orang dewasa berbeda karena skema yang berbeda yang tersedia
untuk mereka.
4) Emosi
Banyak yang percaya bahwa emosi
manusia merupakan evolusi dari sisa-sisa waktu sebelumnya, ketika perilaku
emosional berhubungan dengan kelangsungan hidup, dan bahwa bagi manusia modern,
emosi tidak relevan atau bahkan gangguan. Norman, berpendapat bahwa emosi memainkan peranan
penting dalam perdagangan kami dengan lingkungan dan dia menempatkan mereka
antara sistem peraturan dan sistem kognitif. Model ini akan menjelaskan
mengapa, ketika kita memiliki pengalaman atau pikiran yang tidak kondusif untuk
kelangsungan hidup, kita mengalami emosi negatif seperti marah, kecemasan,
depresi, atau kebencian.
Bagi Norman,
penting untuk mempelajari bagaimana pengalaman kognitif kita dilukis oleh sikap
emosi: "Dan apa peran emosi dalam studi kognisiInteraksi
5)
Interaksi
Manusia adalah organisme social. Banyak studi proses kognitif telah mempelajari orang yang
terisolasi. Banyak studi kelompok interaktif adalah dinamika situasi, atau
aspek perilaku kelompok. Untuk pengetahuan saya, sedikit yang telah dilakukan
untuk menggabungkan upaya ini, untuk menguji proses kognitif individu seperti
yang biasa digunakan dalam pengaturan interaktif. Namun, karena modus normal
untuk manusia adalah untuk berinteraksi, studi tentang memori bahasa dan
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam isolasi alamat hanya satu
bagian dari mekanisme kognisi manusia.
6) Bahasa dan persepsi
7)
------------------------
Menurut Norman adalah
bahwa bahasa dan persepsi banyak menerima perhatian. Bahkan ada kecenderungan
untuk menyamakan ilmu kognitif dengan kajian dua topik. Norman merasa bahwa ini
adalah kesalahan, karena pemahaman lengkap tentang kognisi manusia akan datang
hanya ketika sifat dan pengaruh faktor seperti keyakinan, kesadaran, interaksi
sosial, budaya, emosi, belajar, dan memori itu dipahami. Ini dan faktor lain,
semua berinteraksi sebagai proses informasi manusia, dan jika menekankan pada
beberapa saja dan mengabaikan yang lain maka itu adalah sebuah kesalahan
8)
Belajar.
Norman
tidak menganggap baik sebagian besar teori-teori belajar dibahas dalam teks
ini. "Psikolog mengembangkan teori global perilaku manusia dan hewan,
sering dibangun seperti pembelajaran prinsip-prinsip dasar sebagai hukum akibat
sifat asosiatif belajar dan memori. Semuanya telah datang untuk berpikir.
Pada
awal bab ini kita menerima pandangan Norman, bahwa proses pembelajaran,
terutama penekanan tentang pentingnya belajar dengan analogi. Dia yakin,
usahanya hanyalah langkah pertama untuk memahami sifat pembelajaran, Namun,
sementara itu, sedikit yang telah dilakukan dan sedang dilakukan untuk memahami
sifat pembelajaran yang kompleks.
9)
Memori
Norman
mengingatkan kita tentang memori, Jangan terkesan oleh semua yang mungkin
diketahui tentang psikologi memori. Memory memiliki beberapa teka-teki lainnya.
Kami menyadari arti kata-kata dalam persepuluh detik (seperti dalam membaca),
kamu dapat mengambil jam atau hari untuk mengambil salah satu dari kata-kata
ketika kita mencari itu untuk digunakan dalam kalimat. Dan apa itu yang menjaga
memopry mencari hal itu beberapa jam atau hari, sedangkan hasil pikiran sadar
ke arah yang lain, ketika kebutuhan untuk kata mungkin telah lama berlalu?
Peristiwa terkini mengingatkan pengalaman sebelumnya, tidak selalu dalam model
yang jelas. Ini adalah pernyataan yang diterima dengan baik memori asosiatif,
bahwa struktur memori tersebut akan disusun dalam beberapa jaringan bentuk,
konsep, prototipe, frame, unit, skrip.
10)
Kinerja
Masalah-masalah
kinerja yang nyata, mereka membutuhkan pemahaman tentang isu-isu kecanggihan
komputasi yang cukup, dan mereka berinteraksi dengan persepsi dan proses
berpikir secara mendasar. Mungkin untuk mengatakan bahwa banyak pengetahuan kita
tentang dunia berada dalam pengetahuan kita tentang prosedur yang berinteraksi
dengan dunia, bahwa skema motor persepsi-kognitif adalah memori kesatuan
konstruksi, dan pemisahan satu dari yang lain menghancurkan keseluruhan.
11)
Skill
Norman
percaya bahwa ada perbedaan baik kuantitatif dan kualitatif, antara seseorang
yang hanya kompeten dalam tugas dan seseorang yang ahli. Ahli melakukan dengan
kasus, secara otomatis dan tanpa kesadaran akan kegiatan yang terlibat dalam
kinerja tugas. Perbedaan utama antara individu-individu yang terampil dan tidak
terampil tidak hanya dicatat dan dipelajari.
12)
Pemikiran
Norman
berpendapat bahwa terlalu banyak waktu dan energi yang telah dihabiskan belajar
murni, proses berpikir abstrak. Sebagai contoh, beberapa psikolog, bahwa proses
informasi manusia sebagai perangkat komputasi untuk tujuan umum. Pandangan ini
menekankan kemampuan memecahkan masalah umum dan meminimalkan strategi
pemecahan masalah yang berasal dari pengalaman lingkungan tertentu. Norman
mengatakan, "Saya percaya bahwa penekanan terlalu banyak telah diberikan
kepada sifat formal kemungkinan penalaran manusia, tidak cukup untuk informal,
pengalaman berdasarkan model penalaran.[23]
4 Rekayasa Kognitif
(Cognitive Engineering)
Merupakan suatu bidang yang mengambil kenyataan
dari ilmu pengetahuan kognitif dan diaplikasikan pada teknologi modern. Dari
sini menurut Norman setelah melakukan berbagai studi kasus bahwa kesalahan
tidak pada kesalahan manusia, akan tetapi pada disain peralatan yang
diopeasikan. Sehingga dia mengklaim bahwa kesalahan tidak pada kesalahan
operator, tetapi pada sistemnya. Ketertarikan Norman
pada Conitive engeenering ini menelorkan bukunya yang berjudul The Psychology
of Everyday Things (1988).[24]
5 Aplikasi Teori
Pemrosesan Informasi dalam Pendidikan
Aplikasi pendekatan pemrosesan informasi dalam
pendidikan memandang guru sebagai pembimbing kognitif untuk tugas akademik dan
murid sebagai pelajar yang berusaha memahami tugas- tugasnya.[25]
Murid merupakan seseorang yang memainkan peran aktif dalam perkembangan mereka.
Webteaching merupakan salah satu aplikasi teori Norman dalam
pengorganisasian isi pembelajaran yang berpijak pada teori kognitif. Webteaching
merupakan suatu prosedur menata urutan isi bidang studi yang dikembangkan
dengan menampilkan pentingnya peranan struktur isi bidang studi yang akan
dipelajarai. Pengetahuan baru yang akan dipelajari secara bertahap harus
diintegrasikan dengan struktur pengetahuan yang telah dimiliki.[26]
6 Evaluasi Teori Pemrosesan Informasi Donald A. Norman.
a.
Kontribusi
Selama
bertahun-tahun diyakini bahwa proses kognitif terlalu misterius atau tidak
dapat diakses untuk dipelajari secara ilmiah. Akan tetapi,
dengan teori pengolahan
informasi ini, maka menunjukkan bahwa keyakinan ini adalah tidak benar. Pendekatan proses informasi menyediakan
kerangka kerja di mana proses kognitif yang kompleks dapat dipelajari secara
sistematis dan objektif.
Pendekatan proses
informasi, khususnya yang disajikan oleh Norman, mendorong sintesis dari banyak
atrmibut (sifat) manusia. Sebagai contoh, Norman
menekankan fakta bahwa perilaku manusia adalah hasil dari interaksi merangsang
kondisi saat ini, kenangan pengalaman masa lalu, emosi, kepercayaan, sikap,
pengaruh budaya dan sosial, dan interaksi sesama manusia. Menurut Norman, untuk
benar-benar mengerti mengapa manusia bertindak seperti yang mereka lakukan,
kita harus memahami bagaimana variabel ini dan lainnya berinteraksi satu sama
lain.
Pendekatan proses
informasi yang cocok dengan teknologi komputer, setidaknya dalam aplikasi
sekuensial lebih sederhana. Sebagaimana telah kita lihat, proses informasi
psikolog banyak melihat manusia dan komputer sebagai fungsional yang sangat
mirip. Bahkan jika analogi antara komputer dan manusia tidak diterima
sepenuhnya, memanfaatkan komputer untuk menguji asumsi-nya tentang informasi
manusia bagaimana prosesnya. Komputer merupakan sebuah alat penelitian yang
kuat dan model yang menarik dari fungsi kognitif manusia, dan proses informasi
psikolog banyak menggunakan komputer. Karena
proses informasi psikolog sering menggunakan komputer untuk mensimulasikan
proses yang mereka pelajari, pendekatan ini telah menyebabkan psikolog lebih
tepat dengan konsep dan teori. Seperti yang kita ketahui, sebelum suatu
teori dapat dikonversi ke dalam program komputer, itu harus dinyatakan dengan
jelas dan tepat, dan harus konsisten secara logis. Jika program tidak jelas masuk ke dalam komputer, komputer baik akan
tidak bekerja atau menghasilkan hasil yang berarti. Dengan demikian pendekatan
proses informasi untuk psikologi menyediakan layanan yang sama seperti model
pembelajaran matematika. Artinya, mereka berdua menyebabkan peneliti untuk
memperjelas definisi istilah mereka dan tepatnya dalam perumusan teori-teori
mereka.[27]
b. Kritik
Konsep
teori informasi pemrosesan informasi bukanlah sesuantu pemikiran yang baru.
Kita telah melihat dalam bahsan ini, misalnya, bahwa pandangan norman tentang
pembelajaran, untuk sebagian besar merupakan penyempitan pandangan Piaget.
Tidak jelas, dalam kenyataannya, bahwa pandangan Norman's menguatkan pendangan dari
Thorndike, respon dengan analogi (Thorndike) dan belajar dengan analogi (Norman).
Selain itu, menurut Leahey (1980) mengatakan, bahwa, “Psikologi yang paling
modern, pengolahan informasi psucology kognitif sangat mirip dengan pemikiran Aristoteles.
Pendekatan
proses informasi, khususnya yang didukung oleh norman mengabaikan psikologi
eksperimental karena berkaitan dengan belajar dan mengabaikan atau memperkecil
daerah penting dari psikologi, yaitu perilaku abnormal dan psikoterapi. Meskipun
dalam buku Lindsay dan Norman's yang berjudul Information Processing an
Introduction to Psycology (1977) tidak termasuk bagian pada perilaku
abnormal dan psikoterapi. Upaya untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan
individual, yang biasanya termasuk dalam bagian tentang teori kepribadian, juga
tidak dibahas. Norman penekanan pada pentingnya emosi dalam perilaku manusia.
Walaupun
komputer berguna untuk manusia, akan tetapi manusia bukan komputer. Meskipun
kedua manusia dan computers dapat melakukan operasi rumit dan menyimpan
informasi, manusia hanya berjuang untuk bertahan hidup, berinteraksi dengan
manusia lain, dan memiliki perasaan. Komputer diprogram untuk mensimulasikan
rangkaian proses kognitif yang didefinisikan dalam informasi psikologi.
Komputer hanya memiliki nilai yang terbatas sebagai model untuk belajar.[28]
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian makalah ini, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan yang meliputi:
1.
Donald A.
Norman adalah salah satu
tokoh representasi dari psikologi pengolahan
informasi (Information Processing of Psychology) karena ketertarikan secara khusus pada belajar dan secara konsern
serta komprehensif mendalami hal itu.
2.
Pengolahan informasi adalah sebuah pendekatan
kognitif bagaimana seseorang mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun
strategi berkenaan dengan informasi tersebut. Inti dari pendekatan pemrosesan
informasi adalah proses memori dan proses berpikir.
3.
Latar belakang teori pemrosesan informasi
disebabkan adanya beberapa faktor yaitu: Psikologi S-R, Psikologi kognitif, sibernetik,
robotology, teori informasi, dan komputer.
4.
Konsep teori pemrosesan informasi Donald A. Norman
tentang; hukum belajar, model belajar, memori.
5.
Aplikasi teori pemrosesan informasi dalam pendidikan
yaitu memandang guru sebagai pembimbing kognitif untuk tugas akademik dan murid
sebagai pelajar yang berusaha memahami tugas- tugasnya dan adanya aplikasi Webteaching.
Kontribusi teori pemrosesan informasi Donald A.
Norman bahwa pendekatan pemrosesan informasi berhasil mengubah paradigma bahwa
selama ini proses kognitif bukanlah hal yang sulit dipelajari, akan tetapi teori
pemrosesan informasi menyediakan kerangka kerja di mana
proses kognitif yang kompleks dapat dipelajari secara sistematis dan objektif.
[1] Asri Budiningsih,
Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2005),
34; Evi Fatimatur Rusdiyah, Media
dan Teknologi Pembelajaran (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2008), 71.
[2] B. R. Hergenhahn
dan Matthew H. Olson, An Introduction To Theories Of Learning (United
State of America: Prentice-Hall International, 1997). 366.
[4] John W.
Santrock, Educational Psychology
(McGraw-Hill Campany, 2004), 310. Terjmh. Tri Wibowo.
[5] Proses
berpikir adalah
pemrosesan informasi ketika seseorang
merasakan, melakukan penyandian (encoding), merepresentasikan,
dan menyimpan informasi dari dunia sekelilingnya. Mekanisme pengubah, dalam
pemrosesan informasi fokus utamanya adalah peran mekanisme pengubah dalam
perkembangan. Ada 4 mekanisme yang berkerja sama menciptakan perubahan dalam
keterampilan kognitif anak, yaitu: encoding, otomatisitas,
konstruksi strategi dan generalisasi. Encoding adalah
proses memesukkan informasi ke dalam memori. Otomatisasi adalah
kemampuan untuk memproses informasi. Kontruksi strategi adalah
penemuan prosedur baru untuk memproses informasi. Generalisasi,
yaitu mengaplikasikan strategi baru pada masalah lain. Modifikasi diri, seperti
halnya dalam teori perkrembangannya Piaget, anak memainkan peran aktif dalam perkembangan mereka. Mereka
menggunakan pengetahuan dan strategi yang telah mereka pelajari untuk
menyesuaika respon baru dan lebih canggih berdasarkan pengetahuan dan strategi
sebelumnya. Lihat: Ibid., 311.
[6] Margaret E. Bell
Gredler, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Pers, 1991), 238-
239.
[7] B. R. Hergenhahn
dan Matthew H. Olson, An Introduction, 359- 366; [7] Asri Budiningsih,
Belajar, 81.
[8] B. R. Hergenhahn
dan Matthew H. Olson, An Introduction, 368.
[9] Muhibbin Syah, Psikologi
Belajar (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), 72.
[10] Suharnan, Psikologi
Kognitif (Surabaya: Srikandi, 2005), 67.
[11] Sumadi
Suryabrata, Psikologi Pendidikan ( Jakarta; Remaja Rosdakarya, 1998),
44.
[12] B. R. Hergenhahn
dan Matthew H. Olson, An Introduction, 377.
[13] Bimo Walgito, Pengantar
Psikologi Umun (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), 117; Wasty Soemanto, Psikologi
Pendidikan ( Jakarta: Rineka Cipta, 1990), 26.
[14] B. R. Hergenhahn
dan Matthew H. Olson, An Introduction, 377.
[15] Ibid., 377; John
W. Santrock, Educational Psychology,
320; Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, 73.
[16] Asri Budiningsih,
Belajar dan, 83.
[17]John W. Santrock, Educational Psychology, 320.
[18] Barbarak K.
Given, Brain-Based Teaching (Alexandria: Assiciation for supervision and
Curiculum development, 2002), 224. Terjmh; Lala herawati Dharma.
[19] . R. Hergenhahn
dan Matthew H. Olson, An Introduction , 379; John W. Santrock, Educational Psychology, 322- 323.
[20] Muhibbin Syah, Psikologi
Belajar, 77.
[21] Ibid., 169- 172.
[22] Bimo Walgito. Pengantar
Psikologi Umun, (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), 126.
[23] R. Hergenhahn dan
Matthew H. Olson, An Introduction,
[24] R. Hergenhahn dan
Matthew H. Olson, An Introduction,
[25] Ibid., 310.
[26] Asri Budiningsih,
Belajar dan, 83.
[27] R. Hergenhahn dan
Matthew H. Olson, An Introduction, 387.
[28] Ibid., 388.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar